Mengenal tembang Pangkur salah satu tembang Macapat beserta contoh Tembang Pangkur. - www.retqa.my.id

Mengenal tembang Pangkur salah satu tembang Macapat beserta contoh Tembang Pangkur.

Konten [Tampil]
Pangkur



Portal Manyaran. Mengenal tembang Pangkur salah satu tembang Macapat. Salam sejahtera sedulur Portal manyaran, salah satu kebudayaan suku Jawa adalah seni tembang, salah satunya kesenian tembang Macapat. Di postingan artikel yang lalu mimin Portal Manyaran pernah membahas sedikit tentang tembang Macapat. Dalam tembang Macapat yang mencakup beberapa jenis tembang, salah satunya adalah tembang Pangkur.

Tembang Pangkur berasal dari dari kata " mungkur "  yang mempunyai makna pergi atau meninggalkan. Salah satu jenis tembang Macapat ini memiliki suatu penghayatan atau filosofi bahwasanya dalam kehidupan manusia di dunia fana yang sementara ini hendaklah mungkur atau meninggalkan berbagai jenis perkara buruk atau meninggalkan berbagai nafsu Duniawi.

Tembang Pangkur adalah suatu gambaran seorang insan manusia yang telah siap meninggalkan berbagai urusan ke duniawian dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Hal ini sebagai gambaran pula seorang yang telah mendekati usia senja dan lebih mementingkan ketenangan yang di dapat dari Sang Penguasa Jagat Raya.

Dalam suatu tulisan yang diterjahkan yang disebut serat Purwakarta, Tembang Pangkur mempunyai arti mengekor. Olehkarena itu Tembang Pangkur sering disebut juga tut pangkur, tut wuri atau tut wuntat yang mempunyai arti mengikuti.

Dalam suatu pemahaman lain Tembang Pangkur berasal dari nama salah satu Punggawa yang berasal dari anggota Kependetaan, hal ini banyak tercatat dalam tulisan-tulisan Jawa kuno.

Sebagaimana tembang-tembang Macapat lainnya, tembang Pangkur juga mempunyai perwatakan. Watak tembang pangkur ini menggambarkan keperkasaan, kekuatan, gagah dan hati yang besar. Tembang Pangkur ini sangat cocok untuk penggambaran suatu perjuangan atau kisah kepahlawan dalam perang.

Berikut ini mimin Portal Manyaran mencantumkan contoh tembang pangkur ;

Mingkar-mingkuring ukara
(Membolak-balikkan kata)
Akarana karenan mardi siwi
(Karena hendak mendidik anak)
Sinawung resmining kidung
(Tersirat dalam indahnya tembang)
Sinuba sinukarta
(Dihias penuh warna )
Mrih kretarta pakartining ilmu luhung
(Agar menjiwai hakekat ilmu luhur)
Kang tumrap ing tanah Jawa
(Yang ada di tanah Jawa/nusantara)
Agama ageming aji.
(Agama “pakaian” diri)



Jinejer ing Wedhatama
(Tersaji dalam serat Wedhatama)
Mrih tan kemba kembenganing pambudi
(Agar jangan miskin budi pekerti)
Mangka nadyan tuwa pikun
(Padahal meskipun tua dan pikun)
Yen tan mikani rasa
(bila tak memahami rasa)
Yekti sepi sepa lir sepah asamun
(Tentu sangat kosong dan hambar seperti ampas buangan)
Samasane pakumpulan
(Ketika dalam pergaulan)
Gonyak-ganyuk nglelingsemi
(Terlihat bodoh memalukan)



Si pengung nora nglegewa,
(Si bodoh tak menyadari)
Sangsayarda denira cacariwis,
(Semakin menjadi dalam membual)
Ngandhar-andhar angendukur,
(bicaranya ngelantur kesana-kemari)
Kandhane nora kaprah,
(Ucapannya salah kaprah)
Saya elok alangka longkangipun,
(Semakin sombong bicara tanpa jeda)
Si wasis waskitha ngalah,
(Si bijak mengalah)
Ngalingi marang sipingging.
(Menutupi ulah si bodoh)



Nggugu karsane priyangga,
(Menuruti kemauan sendiri)
Nora nganggo peparah lamun angling,
(Tanpa tujuan jika berbicara)
Lumuh ingaran balilu
(Tak mau dikatakan bodoh)
Uger guru aleman,
(Seolah pandai agar dipuji)
Nanging janma ingkang wus waspadeng semu,
(Namun manusia yang telah mengetahui akan gelagatnya)
Sinamun samudana,
(Malah merendahkan diri)
Sesadoning adu manis.
(Menanggapi semuanya dengan baik)



Mangkono ilmu kang nyata,
(Begitulah ilmu yang benar)
Sanyatane mung we reseping ati,
(Sejatinya hanya untuk menentramkan hati)
Bungah ingaran cubluk,
(Senang jika dianggap bodoh)
Sukeng tyas yen den ina,
(Bahagia dihati bila dihina)
Nora kaya si punggung anggung gumunggung,
(Tak seperti Si bodoh yang haus pujian)
Ugungan sadina dina,
(Ingin dipuji tiap hari)
Aja mangkono wong urip.
(Jangan seperti itu manusia hidup)



Uripe sapisan rusak,
(Hidup sekali rusak)
Nora mulur nalare ting saluwir,
(Tidak berkembang akalnya berantakan)
Kadi ta guwa kang sirung,
(Seperti gua gelap yang angker)
Sinerang ing maruta,
(Diterjang angin)
Gumarenggeng anggereng anggung gumrunggung
(Bergemuruh bergema tanpa makna)
Pindha padhane si mudha,
(Seperti itulah anak muda kurang ilmu)
Prandene paksa kumaki
(Namun sangat angkuh)

Itulah sedikit artikel tentang Mengenalk tembang Pangkur yang merupakan salah satu jenis tembang Macapat salah satu hasil cipta rasa dan karsa para pujanggan Jawa yang kini menjadi salah satu Budaya bangsa Indonesia yang wajib kita lestarikan. Semoga bermanfaat dan Terimakasih

0 Response to "Mengenal tembang Pangkur salah satu tembang Macapat beserta contoh Tembang Pangkur."

Post a Comment

Gunakan bahasa yang santun dan sopan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel