Wejangan Semar tentang kehidupan manusia Jawa sejati. - www.retqa.my.id

Wejangan Semar tentang kehidupan manusia Jawa sejati.

Konten [Tampil]
Sedulur portalmanyaran tentu mengenal tokoh semar. Tokoh imajinasi hasil cipta rasa dan karsa para pujangga jawa di era masa lampau ini tentu sangat lekat dengan budaya jawa sejati.
Mungkin pergeseran kebudayaan kita sedikit membuat generasi muda masa kini tidak begitu tertarik dengan budaya dan seni peningalan nenek moyang. Sehingga mereka tidak mengenali jati diri mereka sendiri dan mencari identitas diri dari kebudayaan asing. Jika ada bangsa lain yang mengakui kebudayaan kita, kita baru sibuk mengakui bahwa itu hak kita.


Baiklah sedulur portal manyaran bagi yang lupa atau belum tahu. Semar adalah salah satu tokoh dalam pewayangan jawa yang merupakan tokoh protagonis pendukung atau biasa disebut pamong kaum Pandawa.

Kaum Pandawa adalah sebutan untuk keturunan Prabu Pandudewanata yang terdiri dari;

  1. Raden Puntadewa.
  2. Raden Werkudara.
  3. Raden Arjuna.
  4. Raden Nakula.
  5. Raden Sadewa.

Semar yang sering disebut Punakawan sebenarnya adalah penjelmaan Sangyang Ismaya ini lahir dari telur yang bercahaya, dimana saat telur tersebut menetas kulitnya menjelma menjadi Togok, putih telurnya menjadi Semar dan kuning telurnya menjadi Bathara guru.

Tokoh semar merupakan penggambaran manusia jawa sejati. Maka dari itu dalam pagelaran wayang jawa tokoh semar selalu identik dengan wejangan dan petuah yang sangat kental dengan budaya jawa. Kali ini mimin portalmanyaran akan sedikit mengupas tiga wejangan semar tentang kehidupan manusia jawa sejati. Marilah sedulur portalmanyaran belajar dan memahaminya bersama-sama.

1.Ojo ngaku pinter yen durung biso goleki lupute awake dewe.
Jangan mengaku pintar jika belum bisa mencari kesalahan diri sendiri.
Nasehat yang pertama ini kalo mimin dapat mengartikannya adalah manusia hidup bersosial dalam masyarakat itu harus pandai-pandai mengintropeksi diri. Jangan terburu-buru menyalahkan orang lain sebelum kita mengetahui kekurangan dan kesalahan kita. 

2.Ojo ngaku unggul yen iseh seneng ngasorake wong liyo.
Jangan merasa unggul bila masaih suka merendahkan orang lain. Nasehat yang kedua ini memberikan gambaran bagi kita agar kita tidak sombong dan tinggi hati. Orang jawa yang masih memegang nilai-nilai kejawen pasti tahu hal ini. Karena sesungguhnya nilai dari diri seseorang itu akan dapat diukur dari bernilainya atau bermanfaatnya orang tersebut bagi orang lain.

3.Ojo ngaku suci yen durung biso manunggal karo Gusti.
Jangan mengaku suci bila belum bisa menyatu dengan Tuhan.
Nasehat ketiga ini mengajarkan tentang bagaimana kita harus berperilaku sesuai agama dan kepercayaan yang kita anut. Jangan sampai perbuatan kita menyimpang dari aqidah dan tata kepercayaan yang kita yakini. Semua itu bertujuan agar tatanan bermasyarakat dapat harmonis. Jangan mengaku paling tahu agama, sibuk membenarkan dan merasa benar sebelum mengerti dan mendalami agama atau kepercayaan yang dianut.

Itu 3 wejangan semar tentang kehidupan masyarakat jawa sejati semoga dapat memberikan sedikit pencerahan bagi sedulur portalmanyaran dimanapun berada. Semoga bisa mengingatkan kita tentang identitas kita yang sebenarnya sebagai masyarakat jawa sejati. Jangang mengaku orang jawa hilang "njowone". Bahkan kini orang yang bukan orang jawa malah memiliki sifat "njowoni" dari pada kita. Bukan bermaksut memilah-milah dari suku apa kita berasal, namun marilah kita sama-sama belajar dan melestarikan budaya dan warisan nenek moyang kita yang adiluhung ini. Semoga bermanfaat.

0 Response to "Wejangan Semar tentang kehidupan manusia Jawa sejati."

Post a Comment

Gunakan bahasa yang santun dan sopan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel