Legenda tempat wisata umbul naga Manyaran (bag.4) - www.retqa.my.id

Legenda tempat wisata umbul naga Manyaran (bag.4)

Konten [Tampil]
Udara malam berangsur-angsur mulai menusuk tulang. Senja yang mulai berganti malam begitu indah bertabur bintang-gemintang....

Di malam itu terlihat seorang yang pemuda yang berparas tampan, dengan tubuh yang tegap hasil olah kanuragan tengah menungangi seekor gajah menuju ke suatu tempat.

Pemuda tersebut tak lain dan tak bukan adalah Joko lelono dengan gajah tunggangannya. "Tempat apakah itu, begitu indah memancarkan cahaya yang berwarna-warni" ucap Joko lelono dalam hati.

Dia sungguh penasaran dan hatinya seperti tertarik untuk menuju tempat itu. "Aku harus ke tempat itu, biarlah Ki Merkak dan Ki Jebres menyusul ku nanti" ucap Joko lelono memantapkan hati.

Dalam cerita sebelumnya diketahui bahwa Ki Merkak dan Ki Jebres tengah mencari payung pusaka yang tertinggal di suatu tempat saat rombongan mereka beristirahat. Pencarian mereka yang hanya diterangi cahaya bulan dan bintang mengalami banyak kendala. Dari gangguan dari binatang liar hingga gangguan makluk halus silih berganti seperti mengikuti kedua abdi setia Raden Joko lelono itu.

"Ki Jebres dimana kiranya kita tadi meletakan payung pusaka tadi, sepertinya kita begitu sulit menemukannya. Kejadian-kejadian ini begitu nampak serba kebetulan,aku seperti merasa akan ada peristiwa besar yang akan terjadi" ucap Ki Merkak.

"Benar Ki Merkak. Aku juga merasakan hal yang demikian, namun biarlah semua itu menjadi rahasia Yang Maha Kuasa. Yang terpenting kita harus segera menemukan payung pusaka itu dan segera menyusul Raden Joko lelono" jawab Ki Jebres mengakiri percakapan mereka. Kedua abdi yang setia tersebut kembali melanjutkan pencarian mereka.

Langit begitu cerah malam itu. Meski ada sedikit mendung putih tipis, namun tidak dapat menutupi kelembutan sinar rembulan dan indahnya kerlip bintang malam.

Kedua abdi tersebut kemudian sampailah di tempat perbukitan. Dari tempat tersebut dapat dilihat persawahan dan perkampungan penduduk meski berjarak jauh.

"Disilah kita tadi beristirahat bersama Raden Joko lelono, Ki Merkak" Ucap Ki Jebres.

"Benar, Ki Jebres. Ini adalah tempat yang di beri nama Gunungan oleh Raden Joko lelono. Lalu dimana payung pusaka itu? " tanya Ki Merkak.

Kedua Abdi tersebut kemudian kembali mencari payung pusaka tersebut. Dan kemudian terlihatlah samar-samar suatu bayangan benda. Benda tersebut seperti payung pusaka namun belum begitu jelas, sebab cahaya bulan malam itu terhalang oleh pohon-pohon besar.

Kemudian keduanya menghampiri tempat tersebut. Dan alangkah terkejutnya kedua abdi setia tersebut setelah sampai di hadapan benda tersebut. Benda pusaka payung pemberian Ki Begawan Sidik Wacana yang tertinggal di desa gunungan akhirnya mereka temukan, namun yang mengejutkan adalah benda tersebut telah berubah menjadi sebuah batu.

Langit masih bertabur bintang yang berkelip riang. Mendung tipis berarak seakan mengiringi sang Dewi malam yang menghangatkan suasana malam itu.

Terlihat dua orang yang duduk di depan sebuah batu berbentuk payung. Mereka adalah Ki Merkak dan Ki Jebres yang terkejut karena melihat payung pusaka yang berubah menjadi batu.

"Ki Jebres bagaimana ini? Payung pusaka yang kita cari telah berubah menjadi batu. Bagaimana kita menghadap Raden Joko lelono nanti?" Tanya Ki Merkak.

"Mau bagaimana lagi, semua sudah terlanjur terjadi. Kita ceritakan saja apa adanya kepada Raden Joko lelono. Biarlah untuk mengenang kejadian ini, tempat ini kita beri nama WATU PAYUNG" Jawab Ki Jebres.

"Baiklah, saya setuju dengan pendapatmu. Bila seperti itu marilah segera menyusul Raden Joko lelono " ucap Ki Merkak.

Akhirnya Ki Merkak dan Ki Jebres sepakat menandai tempat itu dengan nama WATU PAYUNG. Batu "watu payung" bisa sedulur portal manyaran temukan di desa Gunungan, Manyaran, wonogiri.

Kedua abdi setia tersebut kembali melanjutkan perjalanan untuk menyusul tuan mereka. Langkah mereka ketika malam itu nampak mereka percepat. Karena keduanya merasakan firasat akan ada sesuatu peristiwa yang besar yang akan terjadi.

Malam kian larut, udara kian menusuk tulang. Udara yang mengandung uap air itu kian mengoyak tulang belulang dua orang paruh baya yang mengembara itu.



Raden Joko lelono kian mendekati tempat sumber cahaya warna-warni yang indah itu. Nampak samar-samar tempat tesebut berada di puncak suatu gunung yang tidak berpuncak (orang jawa menyebutnya tompak). Setelah Raden Joko lelono kian mendekati tempat tersebut, tampaklah sebuah gerbang istana yang begitu indah dengan cahaya yang memancar ke segala arah.

Raden Joko lelono kemudian turun dari gajah tungganganya di depan sebatang pohon yang besar. Pohon yang nampak rindang yang berusia ribuan taun itu nampak kokoh berdiri tak jauh dari gerbang istana yang megah itu. Sejurus kemudian Raden Joko lelono mengikatkan tali pengekang gajahnya ke pohon yang nampak angker tersebut. Kemudian sembari mengelus kepala sang gajah dia berucap "Engkau tunggulah disini sebentar, aku akan bertamu sebentar. Entah kenapa hatiku seperti tertarik ke dalam istana itu. Sebentar lagi Ki Merkak dan Ki Jebres akan sampai disini." Sang gajah pun nampak seperti mengerti kata-kata tuannya.

Raden Joko lelono kemudian berjalan menuju gerbang istana yang megah itu. Nampak banyak prajurit penjaga yang berbaris menjaga pintu masuk ke istana tersebut.

Sang gajah masih terdiam dan terikat di sebuah pohon tua raksasa yang nampak angker. Gajah kesayangan Raden Joko lelono itu menatap kepergian tuanya dengan tatapan yang aneh, seakan dia merasa saat itulah saat terakhir bertemu tuannya.

Ternyata tak hanya sang gajah yang mengawasi kepergian Raden Joko lelono, nampak sepasang mata besar yang menatap tajam berada di puncak pohon besar tempat sang gajah terikat. Sambil sesekali berdesis, mahkluk itu terus mengawasi kepergian Raden Joko lelono. Dengan sisik yang mengkilap tersiram cahaya bulan purnama, nampak seekor ular naga yang besar yang membelit puncak pohon tempat sang gajah terikat.


Bersambung.





0 Response to "Legenda tempat wisata umbul naga Manyaran (bag.4)"

Post a Comment

Gunakan bahasa yang santun dan sopan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel